Menurut Sheng Songcheng, penasihat People's Bank of China (NBK), otoritas negara ini tidak berencana untuk menggunakan insentif kebijakan moneter berskala besar pada tahun depan. Pada saat yang sama, kemungkinan mengurangi Giro Wajib Minimun untuk bank-bank komersial jika diperlukan tidak terkecuali, ujar pejabat ini.
Perwakilan NBK ini yakin bahwa tahun depan, perekonomian China akan mengalami tekanan penurunan, dan tingkat pertumbuhannya akan stabil. S. Songchen menarik perhatian pada tingginya kemungkinan penurunan Giro Wajib Minimun (RRR) lebih lanjut yang diperlukan. Pada saat yang sama, perwaklian regulator ini tidak merekomendasikan pelaksanaan penurunan suku bunga berskala besar.
Mengingat bahwa dari 15 Oktober 2018, People's Bank of China menurunkan Giro Wajib Minimun (RRR) untuk sebagian besar bank sebesar 1%. Penurunan RRR ini merupakan yang keempat berturut-turut dalam tahun berjalan.
Menurut Du Feilun, direktur Lembaga Penelitian Ekonomi Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), pada tahun 2019, perekonomian Middle Kingdom China akan naik sebesar 6-6,5%. Ia yakin bahwa penyebabnya adalah kebijakan ekonomi negara yang cenderung lunak. Menurut perkiraan para ahli, dalam situasi ini, potensi penyesuaian kebijakan moneter akan dipastikan oleh inflasi harga konsumen yang stabil.
Pada tahun depan, otoritas China ini berencana meraih kebijakan fiskal yang proaktif, sementara defisit anggaran negara akan meningkat menjadi 3% dari 2,6% saat ini, ujar S. Songcheng. Menurut penasihat bank sentral ini, sehubungan dengan nilai tukar, pemerintah China akan mempertahankan mata uang nasional dari penurunan di bawah titik kunci tujuh yuan per dolar AS. "Titik kunci tujuh yuan per dolar sangat penting. Jika mata uang nasional di bawah titik penting ini, biaya stabilisasi nilai tukar akan lebih besar," S. Songcheng.menyimpulkan.