Emas mengalami kesulitan untuk naik, akan tetapi dengan mudah turun ke angka $ 1,500- $ 1,600

Secara terus-menerus emas mengalami kesulitan untuk dapat menyeimbangkan antara pertumbuhan sementara dan penurunan lainnya. Para ahli prihatin dengan fluktuasi tersebut dan khawatir logam mulia ini akan melanjutkan tren penurunannya.

Kebijakan moneter bank sentral saat ini, yang bertujuan untuk mencetak uang tambahan untuk menutupi hutang pemerintah, sangat mendukung logam kuning. Menurut Michael Gentile, seorang investor dan analis utama, pemerintah di sejumlah negara sangat berhutang budi dan ingin mendorong inflasi, tetapi tidak dapat membiayai suku bunga yang tinggi. Dia meyakini ini adalah dorongan kuat bagi emas. Menurutnya, sebagian besar investor fokus untuk menaikkan suku bunga, mengingat emas perlu dijual karena tidak menghasilkan pendapatan bunga. Namun, fakta bahwa pemerintah tidak dapat memenuhi kewajiban finansial mereka, memicu inflasi dan menurunkan suku bunga. Dengan demikian, situasi ini akan mendukung pasar emas di masa depan.

Baru-baru ini, emas telah pulih dari penurunan yang dialami sebelumnya, namun masih tertekan di tengah membaiknya prospek ekonomi global. Pasalnya, para investor tidak mau berlari ke investasi emas, dan mengandalkan pertumbuhan ekonomi serta mengandalkan aset yang lain. Dalam situasi ini pun, harga emas mulai anjlok. Pada Jumat pagi, emas diperdagangkan di kisaran $ 1740-$ 1741 per troy ounce. Dapat diingat kembali bahwa emas mundur dari tertinggi lokal dekat level $ 1,750 per ounce setelah diadakannya pertemuan Fed. Namun kini, emas telah melakukan koreksi atas gelombang kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Para ahli menyoroti bahwa kenaikan hasil sekuritas utang AS-lah yang mencegah kuotasi emas untuk naik.



Penurunan pada permintaan logam mulia berkontribusi pada suasanan "dovish" Fed, karena prakiraan positif untuk PDB AS. Perlu dicatat abhwa indikator ini di revisi naik (dari yang sebelumnya 4.2% menjadi 6.5%) untuk tahun ini. Pekan ini, emas mendapat dukungan ditengah amburknya pasar saham AS, namun dukungan ini hanya bersifat sementara. Aspek positif dalam situasi ini adalah, berkurangnya tekanan pada kuotasi logam mulia dari peningkatan hasil obligasi pemerintah AS.

Para analis percaya bahwa dinamika emas cukup mengecewakan, jari kita tidak bisa mengharapkan pertumbuhan yang aktif. Selain itu, banyak hal bergantung pada kebijakan moneter Fed saat ini dalam waktu dekat. Penerapan paket stimulus di AS, sebesar $ 1.9 triliun, juga berdampak negatif terhadap emas. Menurut para ahli, investor tidak menganggap logam mulia ini sebagai aset pelindung sementara faktor negatif mendominasi pasar. Dalam hal ini, para ahli menekankan bahwa situasi serupa dapat berlangsung hingga akhir paruh pertama tahun 2021. Dan dalam jangka pendek, konsolidasi di pasar emas, akan berubah menjadi sebuah koreksi. Dan hal ini akan memicu penurunan harga logam mulia tersebut menjadi $1,600 per 1 ounce Menurut kalkulasi analis Deutsche Bank, skenario seperti itu kemungkinan akan diterapkan dalam waktu dekat. Selain itu, para ahli menurunkan perkiraan mereka untuk emas, menjadi $1,500 per 1 ounce.

Menurut mereka, harga emas akan turun di tengah penuruhan permintaan investasi. Perlu diingat bahwa puncak permintaan emas untuk investasi tercatat pada puncak pandemi COVID-19 di tahun 2020. Saat ini, telah mengalami penurunan. Permintaan emas menurun hampir sepertiga persen dari tahun tersebut. Saat ini, para ahli mencatat tren penurunan permintaan investasi untuk logam ini, yang mungkin akan meningkat dalam waktu dekat.