Keluarnya Inggris dari UE secara resmi akan terjadi pada 29 Maret 2019. Sementara itu, masalah terkait Brexit masih jauh kata selesai. Menurut para ahli, tergantung dari bagaimana pemerintah mengatasi proses "perpisahan", di masa yang akan datang, nilai tukar mata uang Inggris dapat melonjak ke $1,59, atau merosot ke $1,10.
Menurut ahli strategi mata uang JPMorgan, dengan implementasi skenario "soft" Brexit, pound dapat menguat sekitar 5% terhadap dolar dan euro, jika keluar tanpa kesepakatan - melemah setidaknya 10%.
"Jika Parlemen Inggris menyetujui draft kontrak pemisahan diri dengan EU, maka pada tahun 2019 harga pound dapat menguat menjadi $1,45, dan jika tidak ada kesepakatan, pound dapat mendekati sama berpasangan dengan euro dan mencapai $ 1,10," HSBC percaya.
Para ahli BNP Paribas memperkirakan bahwa pasangan GBP/USD akan menguat menjadi 1,36 jika ada referendum kedua, atau turun menjadi $1,15 jika Inggris meninggalkan UE tanpa kesepakatan.
Para analis Nomura, sebaliknya, yakin bahwa pound akan menyelesaikan tahun 2019 di titik $1,59.
"Prakiraan optimis kami terhadap mata uang Inggris disebabkan oleh sikap bearish terhadap dolar. Diperkirakan bahwa Inggris akan menghindari Brexit dengan tegas, menyetujui kesepakatan bahkan sebelum batas tenggat waktu, atau melakukan referendum kedua," terang mereka.
"Menurut kami, di antara mata uang G10, dolar akan terus relatif kuat, dan pound - akan melemah, terutama karena kondisi perekonomian Inggris," ujar perwakilan Barclays.
Sementara itu, menurut para analis Bank of America Merrill Lynch, mata uang Inggris melemah sebesar 15-20%.
"Pada level saat ini, pound nampak relatif rendah, yang membuka peluang bagus bagi para investor jangka panjang untuk membelinya," ujar mereka.
