Jika harga dolar naik terhadap mata uang Eropa, maka dolar turun saat berhadapan dengan yen Jepang. Selain itu, pelemahan ini tidak dapat disebut sebagai fenomena sementara.
Menurut kepala departemen strategi mata uang Amerika Utara di TD Securities, Mark McCormick, level 95 yen per dolar dapat segera menjadi kenyataan.
Seperti yang dikatakan oleh McCormick dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television, pasangan USD/JPY menerima dukungan tahun lalu, saat investasi Jepang mengguyur surat utang korporat dan saham AS. Kini, Jepang akan mengembalikan investasi pulang dengan pertumbuhan indeks VIX dan dinamika negatif aset-aset Amerika pada indeks Sharpe. Sebagai tambahan, saham Jepang juga dianggap sebagai salah satu yang terpopuler di dunia, yang akan menarik modal ke Negeri Matahari Terbit.
Jika anda mengamati data mingguan pada pergerakan modal di Jepang, anda dapat melihat kebangkitan minat asing dalam saham. Pada saat yang sama, permintaan untuk obligasi asing turun.
"Jadi kisah ini akan menyebabkan kenaikan yen, dan USD/JPY akan bergerak turun, karena modal kembali ke Jepang," McCormick menyimpulkan.
Untuk pasangan populer lain yaitu EUR/USD, di sini dolar berhasil tetap mengambang karena permasalahan di negara-negara Eropa. Ketegangan di Inggris tetap bertahan. Theresa May mempertahankan jabatannya sebagai perdana menteri setelah voting untuk mosi ketidakpercayaan dan ia bersiap untuk mengajukan rencana cadangan untuk meninggalkan UE pada hari Senin, 21 Januari. Semakin banyak sinyal yang mengkhawatirkan datang dari ekonomi blok Euro. Tahun lalu, GDP Jerman naik pada level terendah selama 5 tahun dan hampir meleset ke dalam resesi teknikal.
Dalam arah ini, dolar dalam waktu dekat akan melanjutkan pergerakan positifnya melawan pengaruh dari beberapa faktor penentang. Namun, risiko mata uang AS tetap ada. Jika pemerintah AS tidak menghentikan kebuntuan dalam waktu dekat, dolar akan keluar dari target.
