
Harga minyak naik lebih dari 1% pada hari Jumat setelah Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi kenaikan permintaan pada akhir 2020.
Brent LCOc1 naik 59 sen, atau 1,4% ke $42,94 per barel, sementara American CLc1 naik 53 sen atau 1,3% ke $40,15 per barel.
Di Paris, IEA memprediksi kenaikan permintaan ke 92,1 juta barel per hari, 400.000 bpd lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu.
"Kelanjutan ekspor Libya hanya akan meningkatkan kerentanan pembatasan produksi yang disepakati antara negara-negara OPEC+," kata Jim Ritterbusch, CEO Ritterbusch and Associates.
Namun, meningkatnya ketegangan antara AS dan China semakin menekan harga. Pada hari Jumat, China mengatakan akan membalas AS, sebagai respon terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada para petinggi China sehubungan dengan dugaan pelanggaran HAM kepada minoritas Muslim Uyghur.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa ia tidak mempertimbangkan perjanjian perdagangan "fase 2" dengan China, karena hubungan antara Washington dan Beijing semakin memburuk karena situasi pandemi virus corona dan permasalahan lainnya.
Menurut menteri perminyakan Bijan Namdar Zangeneh, Iran tengah mengembangkan kapasitas produksi minyaknya dalam harapan pencabutan akhir sanksi akan memungkinkan negara tersebut memperoleh kembali pangsa pasarnya dalam pasar minyak mentah global.
"Benar bahwa kami memiliki hasil yang buruk karena sanksi ilegal dan kejam, tapi itu tidak akan terjadi lagi," Zanganhe mengatakan. "Kami perlu meningkatkan produksi agar dapat kembali ke pasar dengan sepenuhnya dalam mengembalikan pangsa kami jika diperlukan."
Pernyataan lainnya dikeluarkan di saat sela-sela perjanjian pada pengembangan Yaran. Perusahaan Iran Persia Oil & Gas Industry Development Co telah memasuki sebuah perjanjian dengan perusahaan usaha milik negara Iran National Iranian Oil Company untuk kerja sama dan pengembangan lebih lanjut ladang minyak. Menurut laporan, kesepakatan tersebut diperkirakan akan meningkatkan produksi sekitat 40 juta barel selama 10 tahun. Untuk menerapkan proyek ini, investasi langsung sebesar $227 juta dan biaya operasi tambahan sebesar $236 juta diperlukan.
Yaran - sebuah ladang yang terbagi wilayahnya antara Iran dan Irak - memiliki simpanan minyak sekitar 550 juta barel dan terbagi ke dalam wilayah utara dan selatan Iran.
Iran meminta perusahaan-perusahaan domestik untuk mengembangkan proyek minyak dan gas mereka setelah Presiden AS Donald Trump mengundurkan diri dari perjanjian nuklir lebih dari dua tahun lalu. Ini memungkinkan investor asing kembali ke sektor energi kunci negara tersebut sebagai ganti untuk menjaga program nuklir Teheran.
