logo

FX.co ★ Ke mana arah pergerakan pound selanjutnya?

Ke mana arah pergerakan pound selanjutnya?

Ke mana arah pergerakan pound selanjutnya?

Pound nampak bingung, karena sulit baginya untuk menentukan arah jangka pendek. Para analis sepakat bahwa pendorong pergerakan pound adalah Brexit.

Para ahli percaya bahwa faktor lain, seperti kondisi COVID-19 yang sulit dan penurunan indikator ekonomi makro, menjadi dorongan sekunder untuk dinamika pound. Dalam hal ini, faktor pertama adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang disebut Brexit. Menurut ahli strategi mata uang Societe Generale, jika perjanjian dagang antara London dan Brussel berhasil disepakati, pound akan melonjak ke level 1,4000 pada libur Natal. Sebaliknya, jika kesepakatan tidak tercapai, yang berarti Brexit "keras" akan terjadi, pound akan runtuh ke level 1,2000.

Selain itu, mereka memperingatkan bahwa kemungkinan besar skenario kedua akan terjadi. Para spesialis terkejut bahwa pasar tidak mempertimbangkan opsi ini dalam harga pound. Jumat lalu, para analis mencatat lonjakan minat yang kuat pada pound, yang membantunya naik dan menembus level 1,3300. Hari ini, pasangan GBP/USD diperdagangkan sekitar kisaran 1,3314-1,3315, menguji level saat ini.

Jika Brexit berlangsung tanpa kesepakatan, para analis yakin bahwa pasangan GBP/USD akan turun ke level 1,2000-1,2500. Katalis untuk pergerakan turun berupa defisit anggaran dan defisit neraca berjalan yang mengesankan, serta kemungkinan besar suku bunga negatif dari Bank of England.

Brexit kacau yang diperkirakan terjadi adalah alasan suasana pasar yang negatif. Menurut publikasi terkemuka The Times, para pemimpin Eropa telah mulai mempersiapkan keluarnya Inggris dari UE tanpa kesepakatan. Penundaan negosiasi antara London dan Brussel Kamis lalu, 19 November, berkontribusi pada sentimen negatif ini. Alasannya adalah COVID-19, yang diidentifikasi oleh salah satu negosiator.

Meski demikian, masih ada harapan atas hasil pertemuan yang baik. Reuters percaya bahwa Inggris dan Uni Eropa dapat mencapai kompromi atas sejumlah masalah utama - yang terkait dengan penangkapan ikan, transparansi persaingan, dan cara menyelesaikan sengketa perdagangan di masa depan tetap menjadi hambatan.

Data positif penjualan ritel di Inggris minggu lalu sangat mendukung pound. Pada Oktober 2020, penjualan ritel meningkat 1,2%. Namun, para ahli percaya bahwa situasi bulan ini mungkin memburuk. Lockdown yang belakangan ini diterapkan terkait dengan peningkatan kasus COVID-19 berkontribusi pada penurunan aktivitas konsumen. Pada saat yang sama, para analis yakin bahwa aktivasi penjualan online tidak akan dapat mengimbangi kurangnya perjalanan belanja pada biasanya.

Pada gilirannya, melemahnya mata uang AS memberikan bantuan yang tak ternilai bagi mata uang Inggris, dan ini segera memengaruhi dinamika pasangan GBP/USD. Dolar jelas melemah setelah rilis data mengecewakan di pasar tenaga kerja AS. Perlu diingat bahwa jumlah permohonan tunjangan pengangguran awal meningkat menjadi 742 ribu dari 711 ribu sebelumnya, dari 9 hingga13 November. Pada saat yang sama, para ahli memperkirakan penurunan menjadi 707 ribu, tetapi dampak negatif COVID-19 pada pasar tenaga kerja AS membingungkan segalanya.

Oleh karena itu, sulit bagi para ahli untuk memprediksi arah mana yang akan dipilih pound - naik atau turun? Semua pergerakan ekstrim tidak akan menguntungkan pound, begitu pun penurunannya ke level 1,2000, maupun kenaikan ke level 1,4000, akan berdampak negatif pada kondisi pasar. Oleh karena itu, kita harus mengandalkan sedikit kenaikan di tengah kemungkinan kesepakatan antara London dan Brussel, namun risiko tinggi Brexit yang kacau dapat menghapus pencapaian pound sebelumnya.

*Analisis pasar yang diposting disini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anda, namun tidak untuk memberikan instruksi untuk melakukan trading
Buka daftar artikel Buka artikel penulis ini Buka akun trading